Learning To Love: Ketika Dua Dunia Bertabrakan dan Menyentuh Hati

Learning To Love: Ketika Dua Dunia Bertabrakan dan Menyentuh Hati

Pernah nggak sih nemu tontonan yang kayak permata tersembunyi? Nggak ada promo heboh, nggak terlalu ngikutin pemainnya, tapi pas ditonton malah langsung ngena banget di hati?

Nah, itu yang gue rasain pas iseng buka aplikasi streaming pas anak-anak udah tidur. Niatnya cuma buat nunggu ngantuk, eh malah kebablasan nonton "Learning To Love" 11 episode sampe pagi! (oke, ada beberapa bagian yang gue skip di 1.5x speed, hehe).

Sekilas Tentang "Learning To Love"

Buat yang penasaran, ini dia info singkat tentang dorama yang bikin gue begadang:

    Learning To Love: Ketika Dua Dunia Bertabrakan dan Menyentuh Hati

  • Learning To Love
  • Judul Lain: Ai no, Gakko / 愛の、学校
  • Penulis Naskah: Inoue Yumiko
  • Sutradara: Nishitani Hiroshi
  • Pemain: Raul, Fumino Kimura, Ayumu Nakajima, Ikki Sawamura, Ryo, dll.
  • Tayang: 10 Juli – September 2025
  • Jumlah Episode: 11
  • Durasi: 54 menit
  • Jaringan: Fuji TV / Netflix
  • Rating Usia: 16+

Sinopsis Singkat: Dari Sekolah Putri ke Klub Malam

"Learning To Love" nyeritain tentang Manami Ogawa (diperankan sama Fumino Kimura), seorang guru di sekolah khusus cewek yang basisnya agama banget. Dia nerima kerjaan itu setelah karirnya hancur gara-gara skandal. Dulu, dia terlalu posesif sama mantannya sampe jadi stalker dan akhirnya dilaporin ke atasan.

Atas saran bokapnya, Manami balik ngajar di almamaternya. Dia pengen banget mulai hidup baru dan diterima sama murid-muridnya sebagai wali kelas. Tapi, nggak semudah itu, bro. Penampilannya yang culun dan kemampuan komunikasinya yang biasa aja bikin dia sering diremehin sama murid dan guru lain.

Tapi, semua berubah pas dia nerima telpon yang ngabarin kalo salah satu muridnya, Natsuki Kawaguchi, make kartu kredit nyokapnya sampe overlimit di sebuah klub di Kabukicho (distrik dunia malam di Tokyo).

Di situ, dia ketemu sama Kaoru (diperanin sama Raul Murakami Maito dari Snow Man), seorang host di klub malam "The Joker". Klub itu nyediain jasa pendampingan plus-plus buat pelanggan cewek yang mau bayar. Awalnya, Manami cuma minta Kaoru buat bikin surat pernyataan biar nggak ngehubungin muridnya lagi. Tapi, hubungan mereka malah berubah jadi guru dan murid. Kaoru, yang nama aslinya Taiga Takamori, ternyata disleksia. Dia susah banget baca tulis, padahal udah 23 tahun.

Di saat yang sama, bokapnya Manami ngenalin dia sama Yoji Kawahara, anak temennya. Hubungan mereka berkembang cepet sampe tunangan. Tapi, Manami jadi dilema, milih Kaoru atau tunangannya?

Situasi makin ribet pas Momoko Machida, sahabat Manami yang seorang produser TV, nyoba ngungkap kasus pembunuhan misterius seorang host terkenal di Kabukicho.

Review: Kenapa "Learning To Love" Bikin Ngena?

Pas nonton, gue nggak bisa nggak bandingin dorama ini sama pengalaman hidup gue sendiri. Apalagi temanya jarang banget dieksplor: cinta antara guru SMA sama host klub malam yang disleksia.

1. Nemu "Spark" Jadi Guru

Learning To Love: Ketika Dua Dunia Bertabrakan dan Menyentuh Hati

Sebagai guru baru, Manami sering kesulitan pas ngajar dan berinteraksi sama murid, guru lain, dan ortu murid. Tapi, pas dia tau kondisi Kaoru, dia kayak nemu tujuan baru: nolong Kaoru nemuin harga dirinya yang hilang.

Dia nggak malu minta bantuan sama guru lain, Eita Sakura, buat ngajarin orang dengan kebutuhan khusus.

Gue juga pernah jadi guru dan ngerasain struggle yang sama sampe akhirnya nemu "spark" buat jadi guru.

2. Ngerasain Susahnya Ngajarin Baca Tulis

Dulu, pas KKN (Kuliah Kerja Nyata), gue ikut program pengentasan buta huruf di Jawa Tengah. Tantangannya? Ngajarin warga usia produktif (18-55 tahun) baca tulis dalam waktu 45 hari. Kebayang kan susahnya?

Jadi, gue ngerti banget kesulitan Manami pas ngajarin Kaoru yang udah dewasa. Apalagi, akar masalahnya adalah disleksia dan kepercayaan dirinya udah hancur karena dicap bodoh dan dirundung di sekolah.

3. Berasal dari Keluarga dan Lingkungan Konservatif

Dorama ini ngangkat isu nyata, kayak stigma negatif buat host club di Jepang. Bokapnya Manami ngeliat Kaoru cuma sebagai penjahat atau sampah masyarakat yang pengen ngejerumusin putrinya.

Di lingkungan host club, Manami malah diliat sebagai target baru buat dieksploitasi atau ancaman buat eksistensi mereka.

Para host sering manggil pelanggan mereka "hime" (tuan putri). Kedengeran feodal, tapi sebenernya mereka ngeliat pelanggan cuma sebagai objek eksploitasi finansial. Host sendiri juga rentan secara emosional, mereka dipaksa jadi komoditas hiburan.

4. Generasi Sandwich

Kaoru terpaksa jadi host buat ngehidupin dirinya yang udah diabaikan sama nyokapnya sejak kecil. Tapi, dia masih harus nurutin permintaan nyokapnya yang nggak masuk akal. Nyokapnya sering minta duit buat biaya berobat adiknya, padahal kadang dipake buat biayain suami barunya.

Gue yakin banyak dari kita yang relate sama kondisi ini, yang sering disebut generasi sandwich.

5. Pernah Hubungan Didominasi Logika atau Kehilangan Logika

Dulu, Manami pernah tunangan dan jadi stalker saking posesifnya. Sementara sama tunangannya yang baru, dia nggak ada cinta sama sekali. Tapi, dia bertahan karena dia udah kepala tiga dan cowok itu keliatan serius dan sekufu.

Pas dia sadar kalo dia jatuh cinta sama Kaoru, perbedaan usia dan dunia mereka terlalu jauh. Siapa yang nggak pernah ngerasain salah satunya pas jatuh cinta?

6. Pernah Melakukan Perjalanan Perpisahan

Episode 6 adalah puncak emosional dorama ini. Kaoru ngajak Manami melakukan perjalanan perpisahan ke tempat favoritnya naik kereta api. Kaoru nyoba "ngakhiri" hubungan mereka karena dia tau latar belakangnya cuma bakal ngerusak masa depan Manami. Kaoru milih buat berkorban, ngebuktiin kalo cinta sejati itu ngebiarin orang yang dicintai dapetin kehidupan yang lebih baik.

Settingnya di Pantai Miura, Prefektur Kanagawa, sinematografinya indah banget. Siapin tisu deh, karena inner monolog Manami dan percakapan mereka nyentuh banget, apalagi pas di depan stasiun pas mau pulang.

Gue yang pernah ngalamin sendiri perjalanan perpisahan, tau banget rasanya campur aduk, antara excited dan bittersweet. Tapi, gue nggak pernah nyesel ngelakuin itu karena bener-bener ngasih closure buat hubungan yang nggak bisa dilanjutin.

7. Timing Pas dengan Revisi UU Hiburan Malam

Sebagai anak hukum, gue tertarik sama keterangan tambahan di akhir drama tentang revisi regulasi industri host club di Jepang.

Ternyata, Pemerintah Jepang udah ngesahin dan ngeberlakuin revisi signifikan terhadap Undang-Undang Bisnis Hiburan mereka. Tujuannya buat nindak tegas taktik predator yang dipake sama sebagian host club nakal.

Revisi undang-undang baru ini langsung nyasar beberapa praktik bermasalah. Jepang lagi berbenah dan berusaha keras ngelindungin konsumen perempuan dari praktik eksploitasi dan jeratan utang di industri hiburan malam. Semoga langkah ini bisa ngebawa perubahan yang lebih baik, ya!

8. Fumino Kimura Mirip Temen Gue

Di drama ini, Fumino Kimura mirip banget sama temen gue yang ngenalin gue sama dunia Jejepangan dua puluhan tahun yang lalu. Namanya Dewi, jadi sepanjang nonton gue jadi kangen masa kuliah, hehe.

9. Cinta Sejati di Waktu yang Tepat

Buat ngerti chemistry-nya, kalian harus nonton doramanya secara full. Manami dan Kaoru emang ditakdirin bareng. Itulah yang diharapkan dari jodoh, kan? Ketemu sama orang yang tepat di waktu yang tepat juga.

Sedikit Kritik

Sayangnya, menurut gue, "Learning To Love" terlalu main aman. Klise sih wajar ya, tapi kalo berulang kali rasanya jadi geregetan.

  1. Dari sudut pandang Kaoru, gue akuin Raul aktingnya totalitas banget. Dia berekspresi nggak cuma dari gerakan tubuhnya, tapi juga dari perubahan air mukanya yang halus dan cepet banget berubah, nunjukkin gejolak jiwa Kaoru.

Dulu, dia terlalu pasif, nerima bullying tanpa ngelawan. Itu ngebentuk kepribadiannya jadi pesimis. Dalam hubungan sama orang lain, dia awalnya nggak mau nonjol, padahal aslinya dia ganteng banget. Dia baru semangat jadi host terbaik setelah dikomporin sahabatnya dan ketemu sama Manami. Keahliannya dalam ngomong dan smug personality yang dia tunjukkin di klub, bikin kita benci sekaligus tertarik.

Jadi, pas belajar, mixed signals-nya ke Manami bikin bingung. Dia pengen belajar tapi ragu. Dia ngaku jatuh cinta sama Manami, satu-satunya orang yang belain dia dan ngeliat dia apa adanya. Dia pengen deket tapi mundur karena status sosial. Okelah, itu realistis buat traumanya, tapi sebagai cowok, gue pengen dia lebih proaktif.

Sedangkan dari sudut pandang Manami, Fumino Kimura adalah pilihan sempurna. Aktingnya yang subtle, penuh emosi tersembunyi, bikin karakternya terasa nyata. Pake kacamata dan baju yang jadul, dia jadi guru yang dibesarin di keluarga kaku, tapi punya hati lembut di balik sikap tegasnya.

Dia juga dapet backstory yang kuat, keluarga yang neken mimpi-mimpinya dan harus ngerelain hubungannya berakhir tragis bahkan nyaris bunuh diri.

Kekakuan Manami di awal drama adalah sumber komedi ironis. Dia nggak bisa nerima lelucon, nggak punya pengalaman hidup yang kaya (termasuk pengalaman cinta yang mendalam), dan selalu ngedepanin performa sosial. Kita ketawa ngeliat betapa awkward-nya dia pas harus berinteraksi sama dunia malam demi nyelamatin muridnya yang terjerat rayuan host.

Teriakan Manami pas Kaoru mau mutusin hubungan, "Saya bahkan belum ngajarin kamu apa-apa!" bukan tentang romansa, tapi tentang unfinished mission buat nyembuhin jiwa Kaoru. Super klise pas dia mutusin buat langsung ngasih tau pihak sekolah dan keluarganya yang berujung pada pemecatan dan amukan bokapnya.

Gue ngerti Manami nggak mau bohong dan nutupin hubungan mereka, tapi ini kejadian pas dia dan Kaoru sendiri masih ragu tentang arah hubungan mereka. Bahkan, mereka berdua sama-sama gengsi buat saling ngehubungin. Tebak siapa yang jadi cupid antara mereka berdua? Yap, tunangannya Manami! Cliche banget.

  1. Alur slow-burn-nya bagus, tapi di paruh akhir, konflik eksternal kayak kecemburuan dari murid Manami yang mantan pelanggan Kaoru atau pertentangan dari tunangan baru dan bokap Manami stakes-nya naik mendadak di akhir, kurang build-up. Penyelesaiannya terkesan tiba-tiba, bokapnya Manami dengan mudah nerima Kaoru dengan satu tes sederhana. Tunangannya Manami tiba-tiba ditugasin ke New York setelah mutusin hubungan secara baik-baik dengan alasan dia nggak pernah nyintai Manami. Padahal, gue suka chemistry-nya sama Momoko, gue rasa mereka berdua bisa jadi pasangan yang lebih pas.

  2. Pesan "Learning To Love" adalah cinta sejati bukanlah tentang kesamaan latar belakang, tapi tentang kesediaan buat ngeliat, nerima, dan nyembuhin luka yang paling tersembunyi dari pasangan kita.

Manami ngajarin Kaoru baca dan nulis kata-kata, dan Kaoru ngajarin Manami baca hatinya sendiri. Manami, yang awalnya nggak bisa ngambil keputusan tanpa izin bokapnya, akhirnya berani keluar dari rumah dan nentuin hidupnya sendiri. Sementara Kaoru punya cita-cita baru dengan berusaha masuk sekolah kejuruan. Kesimpulannya, tema self-growth terasa organik, tapi tentu aja terasa klise.

Oh ya, ada satu pasangan lagi yang dinamikanya berubah drastis di akhir, yaitu ortunya Manami! Nyokapnya Manami akhirnya berhasil ngelawan dan nyadarin bokapnya yang terlalu patriarki.

Kesimpulan

Rating gue: 8.5/10. Cocok buat yang suka romansa dewasa dengan pesan empati dan growth. Kalo kalian udah nonton, share mixed feeling kalian di komentar, ya! Siapa tau kita bisa diskusi lebih lanjut.

Previous Article

Typhoon Family (2025): Kisah Perjuangan di Tengah Krisis, Keluarga, dan Harapan Baru

Write a Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨